Kali ini saya ingin membahas tentang kebudayaan
milik Ibu kota Indonesia ini. Lebih tepatnya Jakarta. Kebudayaan yang akan saya
bahas ialah Ondel-ondel. Boneka budaya
betawi ini sudah menjadi ikon yang sudah tidak dapat dipisahkan dari Ibukota
Jakarta. Namun siapa yang tahu asal usul ondel-ondel itu sendiri? Mungkin
diantara kita masih banyak yang belum tahu.
Ondel-ondel merupakan pertunjukkan yang
diperankan oleh minimal dua buah boneka ondel-ondel yang sudah bertahun-tahun
bahkan sampai berabad-abad yang ada di betawi, yang lebih kita kenal dengan
Jakarta. Ondel-ondel yang berupa boneka besar
itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang
disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau
kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya
dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya
dengan yang ada di beberapa daerah lain. Kesenian rakyat topeng Betawi
mengawinkan budaya Melayu, Sunda, dan China. Salah satu tokoh yang terkenal
sejak 1970-an adalah Bokir dengan grupnya yang sering pentas, Setia Warga.
Pertunjukan itu biasanya diawali dengan tarian Kembang Topeng yang menampilkan
banyak penari perempuan. Ondel-ondel berbentuk dua patung besar berongga
menyerupai sosok lelaki dan perempuan. Patung diusung orang pada bagian
dalamnya dan digerak-gerakkan seperti manusia. Ondel-ondel diilhami barong
landung dalam budaya Hindu Bali yang menggambarkan pengantin Raja Bali dan
Putri China. Konon, bentuk Ondel-ondel adalah personifikasi dari leluhur
masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga keturunannya dari gangguan roh halus.
Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat menyeramkan.
Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih berkesan
seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur ritual tak
sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan ondel-ondel
dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel. Baik waktu
membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan bambu.
Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang
berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam,
asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa
pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan
kepada roh halus. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan
berangkat main, senantias diadakan ritual. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh
pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat
upacara demikian disebut ngukup. Sebenarnya tidak ada musik yang khusus untuk
mengiringi arakan Ondel-ondel. Terkadang Tanjidor, Kendang Pencak, Bende, atau
Rebana Ketimpring. Kebudayaan Ondel-ondel sampai saat ini masih dilestarikan. Seperti di jalan-jalan dekat Monas, terkadang di Dufan, ada juga saat perayaan ulangtahun Jakarta, lebih tepatnya di acara Jakarta Fair. Disana juga banyak menyuguhkan berbagai kebudayaan Jakarta, baik dari makanan, minuman, tariannya, dll.
No comments:
Post a Comment